Seseorang untuk menjadi kayak tak perlu harus jenius. tetapi diperlukan karakter dan kualitas tertentu untuk menjadi kaya. Apakah kita termasuk berbakat kaya, coba kita lihat tanda2 diantaranya :
1. Berpikir seperti layaknya orang kaya : Orang yang berbakat kaya selalu belajar berpikir dan bertindak layaknya orang kaya.
2. Tidak berpikir konsumtif :Orang yang berbakat kaya akan selalu berpikir tentang apa yang mereka akan lakukan dengan uang agar dapat berlipat ganda.
3. Pintar mengelola cash flow : Selalu menghitung banyak rupiah yang tersisa setelah dikurangi kebutuhan hidup yamng sifatnya mendasar.
4. Mampu membedakan aset dan liabilitas : Mereka selalu memikirkan apakah aset2 itu menghasilkan arus kas masuk atau justru keluar.
5.Selalu membangun intengible aset (aset non fisik ):yaitu selalu menjaga hubungan dengan relasi, teman, , jaringan, kepercayaan, cara berpikir, visi, pemikiran, keyakinan, dan otokritik.
6. Bekerja untuk belajar, bukan demi uang : Mereka bekerja untuk orng lain sebenarnya untuk mempelajari sesuatu, biasanya mereka memepelajari sistem bisnis, bagaimana aliran uang, cara membangun jaringan relasi, dll.
7. Sangat percaya diri : Mereka percaya akan kemampuan yg dimilikinya untuk mendapatkan kekayaan.
8. Mengenali dirinyya dengan baik : Mereka paham potensi, potensi, kelemahan, serta karakter-karakter spesifik yang dia miliki.
9. Memandang uang sebagai organisme : Merka menanam uang dilahan yg tepat, memeliharanya, membersihkan hamanya, dan disaat yang tepat memetik hasilnya.
10. Tak pernah mengeluh, merasa miskin dan kekurangan
11. Siap mental untuk menjadi kaya
12. sangat mampu mengendalikan diri : Orang2 yang super kaya selalu menampakan mimik yang standar, senyum yang bijak,dan tampaknya, well semuanya terkendali, walaupaun pasar pada saat itu sedang pora-poranda. Orang kaya sangat mampu mengendalikan diri agar sikapnya tidak dapat dibaca oelh publik.
13. Memahami logika " Take n Give " :Orang kaya sangat paham dengan pameo " There's no free lunch "tak ada sesuatu yang gratis.
14. Berorientasi pada proses : si kaya memikirkan nilai guna yang seperti apa untuk mendapatkan uang banyak.
15. Mencintai perannya : orng kaya biasanya mencintai perannya dalam kehidupan bisnis dan sosial.
16. Mempercayai prinsip relativitas uang : Orang2 kaya telah melatih dirinya untuk tidak terkejut melihat price list atu penawaran2 apapun. semuanya kembali pada apa yang bisa didapatkan dari pengeluaran tersebut.
17. Memhami konsep : Time value of money" : nilai lebih untuk masa depan
18. Tak ingin bersusah payah : Jangan salah orang yang tak ingin bersusah payah bukan berarti ia malas. Kalau dia berpikir dan terus berpikie untuk menemukan sistem dan cara bekerja yang efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil yg lebih baik, maka mereka memiliki bakat untuk menjadi kaya.
19. kreatif : merupakan bagian terpenting dri bakat menjadi kaya. Orang kaya selalu kreatif dalam menemukan cara2 baru dalam berbisnis.
20 Menghargai gagasan yang berorientasi pada tindakan : Orang kaya bisa memilih ide yang menarik yg hanya sebatas ide dan yang bisa menghasilkan uang.
21. Open mind : Orang2 berbaka kaya sangat yakin tak ada sesuatu yang tak mungkin terjadi. mereka terus bermimpidi dan yakin mimpinya suatu saat dapat terwujud.
22. Mampu menilai karakter orang lain : Orang2 kaya sellau memilih staf atau karyawan yg sesuai dengan karakter dirinya.
23. Waspada terhadap pujian : pujian bisa membuat terlena dan lupa diri, orang kaya lebih terbuka menerima kritik.
24. Terbuka menerima kritik : orang kaya telah berlatih untuk menerima kritik stajam apapun.
25. Mampu memahami berbagai bntuk uang : bagi orng kaya pengertian uang sangatlah luas
26. mampu menggunakan Sumber daya orng lain : orang kaya menggunakan waktu dan tenaga orng lain bahkan uang orng lain untuk memperkaya dirinya.
27. Tak pernah merasa puas : ketidak puasan
28. mampu mendeteksi kemana uang mengalir : mereka memahami kemana uang mengalir
29. Memahami nilai guna yang tersembunyi : orang kaya memiliki sense yang tajam terhadap berbagai macam peluang bisnis.
30. memikirkan hal terburuk, tetapi tidak takut karenanya : Orang kaya salalu mendahului pemikirannya dari hal yag terburuk.
31. memiliki alasan kuat untuk setiap pengeluarannya
32. Menciptakan uang, bukan mencari uang : orang berbakat kaya selalu berpikir saluran pipa kekayaan.
33. Tahu persis bagaimana uangny bekerja
34. Fokus dan spesifik : mereka tidak mau kehilangan fokus pada wilayah dimana mereka memiliki kompetensi inti.
35. Percaya bahwa uang tiak tumbuh dipohon : mereke berpikir uang dan kekayaan hanyalah konsekuensi dari gagasan dan tindakan anda.
36. Tidak percaya " abnormal Return " : Tidak satupun instrumen investasi yg bebas resiko.
37. Mampu membedakan lemak dan memangkas otot : Mereka hanya membuak lemaknya, yaitu sesuatu yang membuat bisnis menjadi tidak fleksibel, terlalu birokratis dan tidak responsif terhadap perubahan.
38. Cerdas secara finansial dan numerik
39. Lebih suka berbelanja secar tunai
40. tidak pernah mau mengunakan kartu kredit apalagi minta kenaikan plafon kartu kredit
41. Tidak bisa dirayu iklan konsumtif
42. Menggunakan setiap aktivitas konsumsi sebagai sarana pembelajaran
43. selalu berpegang pada azas uilitas dalam berkonsumsi
44. Mencari daya ungkit : orang2 berbakat kaya selalu mencari daya ungkit untuk menaikan nilai aset
45. Peka terhadap detail : Orang2 berbakat kaya biasanya gampang memahami gambaran umum suatu persoalan.
46. Menghargai waktu
47. Mampu menghitung "opportunity cost " : muncul sebagai konekuensii logis ketika kita mengambil suatu pilihan dan mengorbankan pilihan lain, tetapi orang berbakat kaya mampu menghitung opprtunity cost sehingga mereka bisa menentukan secara tepat pilihannya yg disisuaikan dengan tujuan awal.
48. Berani gagal
49. Skeptis menghadapi smua proposal
50. Disiplin terhadap anggaran
51. Mampu membedakan Needs dan wants :
52. membiarkan pihak lawan menawar terlebih dahulu
53. Bisa melihat potensi terpendam dari segsala sesuatu
54. Menginvestasikan uang dan waktu secara aktif
55. Tak suka menabung :
56. memeliki kepekaan terhadap bunga majemuk :
57. mampu menghitung nilai nominal dari segala sesuatu
58. Tidak pernah mencintai aaset secara tidak rasional : orang2 kaya tidak pernah mencintai asetnya secara berlebihan, sehingga menggappnya tidak bisa dinilai dengan uang.
59. Tidak pernah mengeluhkan modal yang kecil
60. Stabil secara emosional61. Bisa memahami kebutuhan dan keinginan orang lain
62. Proporsional dalam mengambil resiko : orng kaya sellau mengukur resiko dan keuntungan, karena keduanya berbanding lurus.
63. Punya nyali dan berani kehilangan uang
64. bersikap obyektif dan rasional
65. Memegang asas profesionalisme : Orang2 kaya tidak mencampuraduk hubungan profesional dan pertemanan.
66. memiliki kemampuan kordinasi
67. Tidak takut utang68.mampu menjadi penilai aset yang handal
69. memahami time dan timing :
70. Selalu tertarik pada cara kerja suatu alat atau sistem
71. menghindari bekerja dengan penghasilan tetap
72. menghindari utang budi
73. Jago menkomunikasikan gagasan bisnis
74. Bekerja bukan berdasarkan hasil jangka pendek
75. Mewaspadai kebiasaan buruk
76. meyukai perubahan
77. mempunyai sense terhadap keseimbangan uang dan barang
78. mampu menemukan substansi :mereka selalu merujuk pada poin pentingnya pada saat membeli sesuatu, sperti pada saan membeli bor misalnya, mereka membeli bor berorientasi pada tujuannya yakni untuk membuat lubang.
79. berpikir dari berbagai sudut pandang
80. respek terhadap orang2 sukses
81. Lihai dalam permainan ego
82. Berwatak simple dan praktis
83. menganggap krisis sebagai peluang
84. Mampu memahami kebutuhan orang lain merupakan salah satu kunci sukses bisnis
85. Bisa berpikir seperti orng awam
86. mempercayai kekuatan pikiran
87. Memahami kegagalan dari sudut pandang lain dan merubahnya menjadi sesuatu pembelajaran yang dpt merubah mnjadi kemajuan usahanya
88. Tidak menganalkan belas kasihan
89. mampu menghitung cepat
90. Memiliki skala prioritas dalam pengeluaran91. Mampu mengenali pola : selalu berusaha memahami pola yang berlaku dan cara kerja segala sesuatu.
92. Peka terhadap kualitas
93. berorientasi pada " value for money " : setiap sen uang yang keluar harus memiliki alasan yang kuat.
94. Mengerti kekuatan informasi
95. bukan persentasenya, tapi nominalnya
96. selalu mengikui perkembangan terbaru
97. mencatat segala transaksi keuangan
98. Mampu mengukur peluang dan probabilitas
99. Membiarkan setiap transaksi berdiri sendiri
Apakah anda termasuk didalamnya???" Uang bukanlah tujuan akhir, uang adalah teman bagi kita untuk mencapai tujuan akhir."
Johnson,S.Com : 99 tanda orang berbakat kaya,
Soyoung.org
Selasa, 17 Maret 2009
Senin, 02 Maret 2009
DUA PEMANCING YANG HEBAT
Diceritakan tentang sebuah kejadian yang dialami dua orang pemancing yang sama-sama hebat, berinisial A dan B. Kedua pemancing itu selalu mendapatkan banyak ikan. Pernah kedua pemancing tersebut didatangi oleh 10 pemancing lain ketika memancing di sebuah danau.
Seperti biasa, kedua pemancing itu mendapatkan cukup banyak ikan. Sedangkan 10 pemancing lainnya hanya bisa gigit jari, karena tak satupun ikan menghampiri kail mereka.
Ke sepuluh pemancing amatir itu ingin sekali belajar cara memancing kepada kedua pemancing hebat tersebut. Tetapi keinginan mereka tidak direspon oleh pemancing berinisial A. Sebaliknya, pemancing berinisial A tersebut menunjukkan sikap kurang senang dan terganggu oleh kehadiran pemancing-pemancing amatir itu.
Tetapi pemancing berinisial B menunjukkan sikap yang berbeda. Ia bersedia menjelaskan tehnik memancing yang baik kepada ke-10 pemancing lainnya, dengan syarat masing-masing diantara mereka harus memberikan seekor ikan kepada B sebagai bonus jika masing-masing diantara mereka mendapatkan 10 ekor ikan. Tetapi jika jumlah ikan tangkapan masing-masing diantara mereka kurang dari 10, maka mereka tidak perlu memberikan apapun.
Persyaratan tersebut disetujui, dan mereka dengan cepat belajar tentang tehnik memancing kepada B. Dalam waktu dua jam, masing-masing diantara pemancing itu mendapatkan sedikitnya sebakul ikan. Otomatis si B mendapatkan banyak keuntungan. Disamping mendapatkan ‘bonus’ ikan dari masing-masing pemancing bimbingannya, si B juga mendapatkan 10 orang teman baru. Sementara pemancing A, yang pelit membagi ilmu, tidak mendapatkan keuntungan sebesar keuntungan yang didapatkan oleh si B.
Pesan:
Kisah di atas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan akan jauh lebih bermanfaat bila diamalkan. “Hanya dengan cara kita mengembangkan orang lain yang membuat kita berhasil selamanya,” kata Harvey S. Fire Stone. Karena tindakan tersebut disamping menjadikan kita lebih menguasai ilmu pengetahuan, kita juga mendapatkan keuntungan dari segi finansial, pengembangan hubungan sosial, dan lain sebagainya. “Jika Anda membantu lebih banyak orang untuk mencapai impiannya, impian Anda akan tercapai,” imbuh Zig Ziglar, seorang motivator ternama di Amerika Serikat.
Bentuk pemberian tak harus berupa uang, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya, melainkan juga dalam bentuk kasih sayang, perhatian, loyalitas, motivasi, bimbingan dan lain sebagainya semampu yang dapat kita berikan. “Make yourself necessary to somebody. – Jadikan dirimu berarti bagi orang lain,” kata Ralph Waldo Emerson. Kebiasaan memberi seperti itu selain memudahkan kita memperluas jalinan hubungan sosial, tetapi juga membangun optimisme karena merasa kehidupan kita lebih berarti.
Seperti biasa, kedua pemancing itu mendapatkan cukup banyak ikan. Sedangkan 10 pemancing lainnya hanya bisa gigit jari, karena tak satupun ikan menghampiri kail mereka.
Ke sepuluh pemancing amatir itu ingin sekali belajar cara memancing kepada kedua pemancing hebat tersebut. Tetapi keinginan mereka tidak direspon oleh pemancing berinisial A. Sebaliknya, pemancing berinisial A tersebut menunjukkan sikap kurang senang dan terganggu oleh kehadiran pemancing-pemancing amatir itu.
Tetapi pemancing berinisial B menunjukkan sikap yang berbeda. Ia bersedia menjelaskan tehnik memancing yang baik kepada ke-10 pemancing lainnya, dengan syarat masing-masing diantara mereka harus memberikan seekor ikan kepada B sebagai bonus jika masing-masing diantara mereka mendapatkan 10 ekor ikan. Tetapi jika jumlah ikan tangkapan masing-masing diantara mereka kurang dari 10, maka mereka tidak perlu memberikan apapun.
Persyaratan tersebut disetujui, dan mereka dengan cepat belajar tentang tehnik memancing kepada B. Dalam waktu dua jam, masing-masing diantara pemancing itu mendapatkan sedikitnya sebakul ikan. Otomatis si B mendapatkan banyak keuntungan. Disamping mendapatkan ‘bonus’ ikan dari masing-masing pemancing bimbingannya, si B juga mendapatkan 10 orang teman baru. Sementara pemancing A, yang pelit membagi ilmu, tidak mendapatkan keuntungan sebesar keuntungan yang didapatkan oleh si B.
Pesan:
Kisah di atas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan akan jauh lebih bermanfaat bila diamalkan. “Hanya dengan cara kita mengembangkan orang lain yang membuat kita berhasil selamanya,” kata Harvey S. Fire Stone. Karena tindakan tersebut disamping menjadikan kita lebih menguasai ilmu pengetahuan, kita juga mendapatkan keuntungan dari segi finansial, pengembangan hubungan sosial, dan lain sebagainya. “Jika Anda membantu lebih banyak orang untuk mencapai impiannya, impian Anda akan tercapai,” imbuh Zig Ziglar, seorang motivator ternama di Amerika Serikat.
Bentuk pemberian tak harus berupa uang, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya, melainkan juga dalam bentuk kasih sayang, perhatian, loyalitas, motivasi, bimbingan dan lain sebagainya semampu yang dapat kita berikan. “Make yourself necessary to somebody. – Jadikan dirimu berarti bagi orang lain,” kata Ralph Waldo Emerson. Kebiasaan memberi seperti itu selain memudahkan kita memperluas jalinan hubungan sosial, tetapi juga membangun optimisme karena merasa kehidupan kita lebih berarti.
By Andrew Ho
FINANCIAL ENGINEERING TUKANG OJEK
Kali ini saya sekadar ingin berbagi cerita mengenai keterkejutan saya soal bagaimana seorang tukang ojek melakukan rekayasa keuangan (financial engineering). Sebagai catatan awal, saya tidak ingin memberikan penilaian (judgment) moral apa pun atas orang yang saya ceritakan berikut ini. Cerita ini saya sodorkan sekadar untuk berbagi bahwa mereka yang secara umum dipandang dengan sebelah mata sekalipun ternyata memiliki kecerdasan keuangan sekelas dengan mereka yang namanya menghiasi halaman-halaman koran ekonomi.
Sekitar November tahun silam saya memesan tukang ojek langganan, Pak Nikmat namanya, via telepon. Saya harus berangkat ke studio kerja (yang masih berada di kompleks yang sama dengan tempat tinggal saya) dengan ojek, tidak dengan sepeda seperti biasanya, karena harus membawa buku dalam jumlah yang cukup banyak.
Kurang dari lima menit setelah ditelepon Pak Nikmat datang, kali ini dengan sepeda motor baru merek Jepang buatan dalam negeri. “Wah, baru nih Pak, motornya…,” saya membuka pembicaraan.
“Ah, cuma barang gadean, Pak…,” dia menjawab dengan mimik biasanya, malu-malu.
“Lho, barang baru ada yang gadein?” saya sampaikan rasa penasaran saya.
“Orangnya memang seneng begitu, Pak.”
“Maksudnya?”
“Kredit motor, terus digadein…”
Saya penasaran. Jadi setelah nangkring di sadel bagian belakang motornya saya terus mencoba mengorek apa yang dimaksud dengan “orangnya senang begitu… kredit motor terus digadein”.
Dalam perjalanan ojek yang tidak terlalu lama itu saya berhasil mengorek sejumlah informasi dari Pak Nikmat, informasi yang membuat saya geleng kepala, mengagumi cara kerja orang yang disebutnya sebagai temannya itu.
“Orangnya nembak dua tingkat Pak…,” katanya memulai cerita. Menurut dia, teman itu, sebut saja Udin Peang, mengambil kredit sepeda motor dengan “modal” uang muka Rp500.000. Setelah motor didapat, dia tidak langsung menggunakan motor itu, tetapi menggadaikannya pada Pak Nikmat seharga tiga juta rupiah. Uniknya, uang gadai ini nilainya tetap, tapi periodenya fleksibel. Sang empunya motor boleh mengambil motornya kapan saja dengan uang tiga juta rupiah. Loh, kok tanpa bunga? “Kan saya sudah pakai motor ini. Kalau dianggurin memang rugi, tapi kalau buat ngojek ya enggak, Pak…”
Itu tembakan tingkat satu.
Tembakan tingkat duanya adalah, dari uang gadai tiga juta itu dia mengambil yang satu juta rupiah untuk membeli dua sepeda motor lainnya. Anda tahu apa yang dilakukannya kemudian? Dua sepeda motor baru itu “dikaryakan” pada adik dan sepupunya dengan setoran harian. Menurut perhitungan Pak Nikmat, setoran dari dua sepeda motor ini cukup untuk membayar cicilan tiga sepeda motor sekaligus setiap bulan.
“Dia sendiri ngapain sekarang?”
“Dia nggak ngojek lagi, Pak… Katanya sih mau jualan bakso. Bakso sama bumbu jadi dia ambil dari Cileduk pakai modal yang dua juta itu…”
Saya tidak bisa bertanya lebih lanjut karena saya sudah sampai ke tempat kerja saya. Tetapi saya dibuat termangu-mangu untuk waktu yang lama. Bahkan seringkali, terutama ketika menulis artikel keuangan, saya selalu teringat pada cerita Pak Nikmat. Ada rasa penasaran ingin berkenalan dengan sang financial-engineer tersebut. Tetapi, saya menunda keinginan itu karena pelajarannya sudah bisa dirumuskan:
(1) Ternyata modal kecil bukan masalah,
(2) Jangan sepelekan kecerdasan finansial “orang kecil”,
(3) Kecerdasan finansial hanya akan efektif kalau disertai dengan keberanian dan aksi.
Bayangkan, dengan modal lima ratus ribu rupiah ada tiga sepeda motor yang produktif, ada tiga pengojek mendapat kesempatan kerja, dan ada satu warung bakso (entah berapa pun skalanya) dengan minimal satu tenaga kerja. Ck…ck…ck....
Sekitar November tahun silam saya memesan tukang ojek langganan, Pak Nikmat namanya, via telepon. Saya harus berangkat ke studio kerja (yang masih berada di kompleks yang sama dengan tempat tinggal saya) dengan ojek, tidak dengan sepeda seperti biasanya, karena harus membawa buku dalam jumlah yang cukup banyak.
Kurang dari lima menit setelah ditelepon Pak Nikmat datang, kali ini dengan sepeda motor baru merek Jepang buatan dalam negeri. “Wah, baru nih Pak, motornya…,” saya membuka pembicaraan.
“Ah, cuma barang gadean, Pak…,” dia menjawab dengan mimik biasanya, malu-malu.
“Lho, barang baru ada yang gadein?” saya sampaikan rasa penasaran saya.
“Orangnya memang seneng begitu, Pak.”
“Maksudnya?”
“Kredit motor, terus digadein…”
Saya penasaran. Jadi setelah nangkring di sadel bagian belakang motornya saya terus mencoba mengorek apa yang dimaksud dengan “orangnya senang begitu… kredit motor terus digadein”.
Dalam perjalanan ojek yang tidak terlalu lama itu saya berhasil mengorek sejumlah informasi dari Pak Nikmat, informasi yang membuat saya geleng kepala, mengagumi cara kerja orang yang disebutnya sebagai temannya itu.
“Orangnya nembak dua tingkat Pak…,” katanya memulai cerita. Menurut dia, teman itu, sebut saja Udin Peang, mengambil kredit sepeda motor dengan “modal” uang muka Rp500.000. Setelah motor didapat, dia tidak langsung menggunakan motor itu, tetapi menggadaikannya pada Pak Nikmat seharga tiga juta rupiah. Uniknya, uang gadai ini nilainya tetap, tapi periodenya fleksibel. Sang empunya motor boleh mengambil motornya kapan saja dengan uang tiga juta rupiah. Loh, kok tanpa bunga? “Kan saya sudah pakai motor ini. Kalau dianggurin memang rugi, tapi kalau buat ngojek ya enggak, Pak…”
Itu tembakan tingkat satu.
Tembakan tingkat duanya adalah, dari uang gadai tiga juta itu dia mengambil yang satu juta rupiah untuk membeli dua sepeda motor lainnya. Anda tahu apa yang dilakukannya kemudian? Dua sepeda motor baru itu “dikaryakan” pada adik dan sepupunya dengan setoran harian. Menurut perhitungan Pak Nikmat, setoran dari dua sepeda motor ini cukup untuk membayar cicilan tiga sepeda motor sekaligus setiap bulan.
“Dia sendiri ngapain sekarang?”
“Dia nggak ngojek lagi, Pak… Katanya sih mau jualan bakso. Bakso sama bumbu jadi dia ambil dari Cileduk pakai modal yang dua juta itu…”
Saya tidak bisa bertanya lebih lanjut karena saya sudah sampai ke tempat kerja saya. Tetapi saya dibuat termangu-mangu untuk waktu yang lama. Bahkan seringkali, terutama ketika menulis artikel keuangan, saya selalu teringat pada cerita Pak Nikmat. Ada rasa penasaran ingin berkenalan dengan sang financial-engineer tersebut. Tetapi, saya menunda keinginan itu karena pelajarannya sudah bisa dirumuskan:
(1) Ternyata modal kecil bukan masalah,
(2) Jangan sepelekan kecerdasan finansial “orang kecil”,
(3) Kecerdasan finansial hanya akan efektif kalau disertai dengan keberanian dan aksi.
Bayangkan, dengan modal lima ratus ribu rupiah ada tiga sepeda motor yang produktif, ada tiga pengojek mendapat kesempatan kerja, dan ada satu warung bakso (entah berapa pun skalanya) dengan minimal satu tenaga kerja. Ck…ck…ck....
by Her Suharyanto, editor ekonomi
Menguasai Pasar dan Survive dalam Persaingan
Dalam sejarah ahli perang Sun Tzu, tertoreh catatan tentang adu strategi dalam perang demi memenangkan peperangan, yaitu penyatuan kerajaan-kerajaan di Tiongkok pada masa itu. Memang, tantangan kerajaan-kerajaan di Tiongkok waktu itu adalah ekspansi wilayah.
Tujuannya tak lain supaya kerajaan mendapatkan penguasaan tanah yang lebih luas, memperbesar kekuasaan atau pengaruh politik, sekaligus mencegah munculnya agresor.Dalam dunia bisnis, tantangannya kurang lebih sama. Perusahaan harus selalu mencari kesempatan supaya terus tumbuh dan meningkat kinerja maupun keuntungannya. Nah, tantangannya adalah:
(1) Menambah pangsa pasar dari produk sekarang dalam pasar yang ada,
(2) Mencari pasar baru untuk produk tersebut,
(3) Mengembangkan produk baru untuk pasar yang ada sekarang, dan
(4) Mengembangkan bisnis baru dengan produk baru dan pasar yang baru pula.
Dalam perang kemiliteran, jumlah kekuatan mempunyai keunggulan pasti, terutama bila kekuatan yang saling bertempur memiliki teknologi yang hampir sama. Sebab itu, dalam 13 Bab Strategi Perang Sun Tzu ditegaskan tentang fundamentalnya peran jumlah kekuatan untuk memastikan kemenangan.
Menurut Sun Tzu, “Tentara yang tidak memiliki peralatan berat akan kalah dalam pertempuran. Tentara yang tidak mempunyai bahan makanan tidak dapat bertahan hidup. Tentara yang tidak mempunyai persediaan tak mungkin melanjutkan pertempuran.”
Sama halnya dalam dunia bisnis. Perusahaan yang ingin melakukan ekspansi atau mempertahankan posisinya sebagai market leader harus memiliki competitive advantage dibanding kompetitornya. Misalnya, keunggulan kompetitif dalam hal manajemen, manpower, peralatan dan sistem produksi, permodalan, pasokan bahan baku, teknologi, dan penguasaan pasar. Sebelum memutuskan melawan kompetitor atau melakukan ekspansi pasar, seorang pemimpin perusahaan harus sungguh-sungguh menganalisis secara seksama kelemahan maupun kekuatan perusahaannya.
Contoh: industri perbankan. Bank besar umumnya punya keunggulan dalam penyediaan jasa yang beragam, luas cakupannya, luas jaringannya, dan biaya lebih rendah. Dengan keunggulan tersebut bank-bank besar relatif lebih mudah menjangkau pasar internasional, meninggalkan jauh di belakang bank-bank kecil.
Namun ingat, sesuatu yang besar bisa dirintis melalui sesuatu yang kecil. Barangkali sebuah perusahaan diawali dengan manajemen, manpower, peralatan dan sistem produksi, permodalan, pasokan bahan baku, teknologi, dan penguasaan pasar yang standar atau bahkan minim. Tetapi jika modal dasar tersebut dipoles oleh pemimpin yang hebat, dengan strategi yang tepat, serta teknologi yang canggih, bukan mustahil, pada saatnya nanti perusahaan itu akan segera mencapai puncak kejayaannya.
Tujuannya tak lain supaya kerajaan mendapatkan penguasaan tanah yang lebih luas, memperbesar kekuasaan atau pengaruh politik, sekaligus mencegah munculnya agresor.Dalam dunia bisnis, tantangannya kurang lebih sama. Perusahaan harus selalu mencari kesempatan supaya terus tumbuh dan meningkat kinerja maupun keuntungannya. Nah, tantangannya adalah:
(1) Menambah pangsa pasar dari produk sekarang dalam pasar yang ada,
(2) Mencari pasar baru untuk produk tersebut,
(3) Mengembangkan produk baru untuk pasar yang ada sekarang, dan
(4) Mengembangkan bisnis baru dengan produk baru dan pasar yang baru pula.
Dalam perang kemiliteran, jumlah kekuatan mempunyai keunggulan pasti, terutama bila kekuatan yang saling bertempur memiliki teknologi yang hampir sama. Sebab itu, dalam 13 Bab Strategi Perang Sun Tzu ditegaskan tentang fundamentalnya peran jumlah kekuatan untuk memastikan kemenangan.
Menurut Sun Tzu, “Tentara yang tidak memiliki peralatan berat akan kalah dalam pertempuran. Tentara yang tidak mempunyai bahan makanan tidak dapat bertahan hidup. Tentara yang tidak mempunyai persediaan tak mungkin melanjutkan pertempuran.”
Sama halnya dalam dunia bisnis. Perusahaan yang ingin melakukan ekspansi atau mempertahankan posisinya sebagai market leader harus memiliki competitive advantage dibanding kompetitornya. Misalnya, keunggulan kompetitif dalam hal manajemen, manpower, peralatan dan sistem produksi, permodalan, pasokan bahan baku, teknologi, dan penguasaan pasar. Sebelum memutuskan melawan kompetitor atau melakukan ekspansi pasar, seorang pemimpin perusahaan harus sungguh-sungguh menganalisis secara seksama kelemahan maupun kekuatan perusahaannya.
Contoh: industri perbankan. Bank besar umumnya punya keunggulan dalam penyediaan jasa yang beragam, luas cakupannya, luas jaringannya, dan biaya lebih rendah. Dengan keunggulan tersebut bank-bank besar relatif lebih mudah menjangkau pasar internasional, meninggalkan jauh di belakang bank-bank kecil.
Namun ingat, sesuatu yang besar bisa dirintis melalui sesuatu yang kecil. Barangkali sebuah perusahaan diawali dengan manajemen, manpower, peralatan dan sistem produksi, permodalan, pasokan bahan baku, teknologi, dan penguasaan pasar yang standar atau bahkan minim. Tetapi jika modal dasar tersebut dipoles oleh pemimpin yang hebat, dengan strategi yang tepat, serta teknologi yang canggih, bukan mustahil, pada saatnya nanti perusahaan itu akan segera mencapai puncak kejayaannya.
by Andrie Wongso
BIBIT MANGGA
Suatu hari, Ada seorang pemuda sedang berlibur ke rumah neneknya di desa. Saat tiba di sana, setelah melepas rindu dan beristirahat sejenak, neneknya menghidangkan sepiring irisan buah mangga yang menggiurkan warna dan aromanya.
“Wah, mangganya harum dan manis sekali nek, sedang musim ya. Saya sudah lama sekali tidak menjenguk nenek, sehingga tidak tahu kalau nenek menanam pohon mangga yang berbuah lebat dan seenak ini rasanya” ujar si pemuda sambil terus melahap mangga itu.
dengan tersenyum nenek menjawab, “makanya, sering-sering lah menjenguk nenek, nenek rindu cucu nenek yang nakal dulu. Pohon mangga itu sebenarnya bukan nenek yang menanam. Kamu mungkin lupa, waktu kecil dulu, setelah menyantap buah mangga, kamulah yang bermain melempar-lempar biji mangga yang telah kamu makan. Nah, ini hasil kenakalanmu itu, telah bertumbuh menjadi pohon mangga dan sekarang sedang kau nikmati buahnya”
“Sungguh nek? Buah mangga ini hasil kenakalan waktu kecilku dulu yang tidak disengaja? Wah, hebat sekali. Aku tidak merasa pernah menanam, tetapi hasilnya tetap bisa aku nikmati setelah sekian tahun kemudian, benar-benar sulit dipercaya” si pemuda tertawa gembira sambil menyantap dengan nikmat mangga dihadapannya.
Nenek melanjutkan berkata, “Cucuku, walaupun engkau tidak sengaja melempar biji mangga di halaman itu, tetapi bila tanah lahannya subur dan terpelihara, dia tetap akan bertumbuh. Dan sesuai hukum alam, saat musim buah tiba, dia pasti akan berbuah. Sedangkan rasa buahnya manis atau tidak adalah sesuai dengan bibit yang kita tanam”.
Malam hari, si pemuda merenungkan percakapan dengan neneknya. Karena merasa penasaran, diambilnya biji buah mangga sisa di meja dan dibelahnya menjadi 2, dia ingin tahu sebenarnya apa yang ada di dalam biji buah mangga itu sehingga bisa menghasilkan rasa manis yang membedakan dengan biji buah mangga yang lain. Ternyata dia tidak menemukan perbedaan apapun. Melihat tingkah si cucu.
sang nenek menyela “Cucuku, semua biji buah, tampaknya dari luar sama semua. Tetapi sesungguhnya, unsur yang ada di setiap biji buah itu berbeda, perbedaan itulah yang akan menghasilkan rasa, aroma dan warna setiap pohon mangga berbeda pula. Semuanya tergantung inti buahnya. Cucuku, Demikian pula dengan manusia, tampak luar, setiap manusia adalah sama tetapi yang menentukan dia bisa berhasil atau tidak adalah kualitas unsur-unsur yang ada di dalamnya. Nah, ternyata alam mengajarkan banyak kepada kita. Bila ingin hasil yang baik, harus memiliki unsur kualitas yang baik pula, apakah kamu mengerti?”. “Terima kasih nek, saya sungguh bersyukur memutuskan datang kesini, semua ucapan nenek akan saya jadikan bekal untuk lebih giat belajar dan membenahi diri agar hidup saya lebih berkualitas”. Ucapnya sambil memeluk tubuh rapuh sang nenek.
Pembaca yang luar biasa…Hukum alam pada kisah nenek dan cucuknya tadi mengajarkan pada kita 2 hal.1. Apa yang telah kita tabur, entah disengaja atau tidak, diingat atau dilupakan, entah kapanpun juga. Hukum alam mengajarkan, apa yang kita tanam kita pasti akan menuai hasilnya.2. Bahwa manusia mempunyai kemiripan dengan inti biji buah mangga, tampak luar sama, tetapi kualitas unsur yang ada di dalam inti buahnya yang membedakan rasa, aroma dan warna si buah mangga. Demikian juga dengan manusia, Kualitas mental yang didalamlah yang membedakan dan menentukan keberhasilan manusia di masa depan.
Mari kita perbaiki sikap, perhalus budi pekerti, jaga kebersihan hati dan selalu menggali potensi diri agar kesuksesan sejati bisa kita nikmati suatu hari nanti.
“Wah, mangganya harum dan manis sekali nek, sedang musim ya. Saya sudah lama sekali tidak menjenguk nenek, sehingga tidak tahu kalau nenek menanam pohon mangga yang berbuah lebat dan seenak ini rasanya” ujar si pemuda sambil terus melahap mangga itu.
dengan tersenyum nenek menjawab, “makanya, sering-sering lah menjenguk nenek, nenek rindu cucu nenek yang nakal dulu. Pohon mangga itu sebenarnya bukan nenek yang menanam. Kamu mungkin lupa, waktu kecil dulu, setelah menyantap buah mangga, kamulah yang bermain melempar-lempar biji mangga yang telah kamu makan. Nah, ini hasil kenakalanmu itu, telah bertumbuh menjadi pohon mangga dan sekarang sedang kau nikmati buahnya”
“Sungguh nek? Buah mangga ini hasil kenakalan waktu kecilku dulu yang tidak disengaja? Wah, hebat sekali. Aku tidak merasa pernah menanam, tetapi hasilnya tetap bisa aku nikmati setelah sekian tahun kemudian, benar-benar sulit dipercaya” si pemuda tertawa gembira sambil menyantap dengan nikmat mangga dihadapannya.
Nenek melanjutkan berkata, “Cucuku, walaupun engkau tidak sengaja melempar biji mangga di halaman itu, tetapi bila tanah lahannya subur dan terpelihara, dia tetap akan bertumbuh. Dan sesuai hukum alam, saat musim buah tiba, dia pasti akan berbuah. Sedangkan rasa buahnya manis atau tidak adalah sesuai dengan bibit yang kita tanam”.
Malam hari, si pemuda merenungkan percakapan dengan neneknya. Karena merasa penasaran, diambilnya biji buah mangga sisa di meja dan dibelahnya menjadi 2, dia ingin tahu sebenarnya apa yang ada di dalam biji buah mangga itu sehingga bisa menghasilkan rasa manis yang membedakan dengan biji buah mangga yang lain. Ternyata dia tidak menemukan perbedaan apapun. Melihat tingkah si cucu.
sang nenek menyela “Cucuku, semua biji buah, tampaknya dari luar sama semua. Tetapi sesungguhnya, unsur yang ada di setiap biji buah itu berbeda, perbedaan itulah yang akan menghasilkan rasa, aroma dan warna setiap pohon mangga berbeda pula. Semuanya tergantung inti buahnya. Cucuku, Demikian pula dengan manusia, tampak luar, setiap manusia adalah sama tetapi yang menentukan dia bisa berhasil atau tidak adalah kualitas unsur-unsur yang ada di dalamnya. Nah, ternyata alam mengajarkan banyak kepada kita. Bila ingin hasil yang baik, harus memiliki unsur kualitas yang baik pula, apakah kamu mengerti?”. “Terima kasih nek, saya sungguh bersyukur memutuskan datang kesini, semua ucapan nenek akan saya jadikan bekal untuk lebih giat belajar dan membenahi diri agar hidup saya lebih berkualitas”. Ucapnya sambil memeluk tubuh rapuh sang nenek.
Pembaca yang luar biasa…Hukum alam pada kisah nenek dan cucuknya tadi mengajarkan pada kita 2 hal.1. Apa yang telah kita tabur, entah disengaja atau tidak, diingat atau dilupakan, entah kapanpun juga. Hukum alam mengajarkan, apa yang kita tanam kita pasti akan menuai hasilnya.2. Bahwa manusia mempunyai kemiripan dengan inti biji buah mangga, tampak luar sama, tetapi kualitas unsur yang ada di dalam inti buahnya yang membedakan rasa, aroma dan warna si buah mangga. Demikian juga dengan manusia, Kualitas mental yang didalamlah yang membedakan dan menentukan keberhasilan manusia di masa depan.
Mari kita perbaiki sikap, perhalus budi pekerti, jaga kebersihan hati dan selalu menggali potensi diri agar kesuksesan sejati bisa kita nikmati suatu hari nanti.
by Andry Wongso
Hadiah yang Lebih Berharga
Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika wanita muda berpenampilan menarik dan bertongkat putih itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia berjalan menyusuri lorong sampai menemukan kursi yang tadi dikatakan kosong oleh si sopir. Kemudian ia duduk, meletakkan tasnya dipangkuannya dan menyandarkan tongkatnya pada tungkainya.
Setahun sudah lewat sejak Susan, 34 tahun, menjadi buta. Gara-gara salah diagnosa dia kehilangan penglihatannya dan terlempar kedunia yang gelap gulita, penuh amarah, frustasi, dan rasa kasihan pada diri sendiri.
Sebagai wanita yang sangat independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib mengerikan yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya, dan menjadi beban bagi semua orang di sekelilingnya.
"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?" dia bertanya-tanya, hatinya mengeras karena marah. Tetapi, betapa pun seringnya ia menangis atau menggerutu atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu -- penglihatannya takkan pernah pulih lagi.
Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya frustasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya. Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus.
Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekat untuk membantunya menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi.
Latar belakang militer Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya.
Akhirnya, Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa sampai ke kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi ke kota sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun tempat kerja mereka terletak di pinggir kota yang berseberangan.
Mula-mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling sederhana sekalipun.
Tetapi, Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu keliru -- membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati. Tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak. Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah.
Bagaimana reaksinya nanti? Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi.
"Aku buta!" tukasnya dengan pahit. "Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku"
Mark sedih mendengar kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih diperlukan,sampai Susan hafal dan bisa pergi sendiri.
Dan itulah yang terjadi. Selama dua minggu penuh Mark, menggunakan seragam militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari Susan bagaimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan dimana ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus dan menyisakan satu kursi kosong untuknya.
Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung waktu turun dari bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke kantornya.
Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama, Mark yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan penglihatannya; wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak akan pernah menyerah.
Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu seorang diri.
Tibalah hari Senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah menjadi kawannya satu bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi ke arah yang berlawanan.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis... Setiap hari dijalaninya dengan sempurna. Belum pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil ! Dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal.
Pada hari Jum'at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke tempat kerja. Ketika dia membayar ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata : "Wah,aku iri padamu".
Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak. Lagipula, siapa yang bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan keberanian untuk menjalani hidup?
Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir itu, "Kenapa kau bilang kau iri kepadaku?"
Sopir itu menjawab, "Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti itu"
Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya, "Apa maksudmu ?"
"Kau tahu, minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu pergi. Kau wanita yang beruntung", kata sopir itu.
Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk menyakinkan diri -- hadiah cinta yang bisa menjadi penerang dimanapun ada kegelapan.
Setahun sudah lewat sejak Susan, 34 tahun, menjadi buta. Gara-gara salah diagnosa dia kehilangan penglihatannya dan terlempar kedunia yang gelap gulita, penuh amarah, frustasi, dan rasa kasihan pada diri sendiri.
Sebagai wanita yang sangat independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib mengerikan yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya, dan menjadi beban bagi semua orang di sekelilingnya.
"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?" dia bertanya-tanya, hatinya mengeras karena marah. Tetapi, betapa pun seringnya ia menangis atau menggerutu atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu -- penglihatannya takkan pernah pulih lagi.
Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya frustasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya. Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus.
Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekat untuk membantunya menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi.
Latar belakang militer Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya.
Akhirnya, Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa sampai ke kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi ke kota sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun tempat kerja mereka terletak di pinggir kota yang berseberangan.
Mula-mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling sederhana sekalipun.
Tetapi, Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu keliru -- membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati. Tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak. Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah.
Bagaimana reaksinya nanti? Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi.
"Aku buta!" tukasnya dengan pahit. "Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku"
Mark sedih mendengar kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih diperlukan,sampai Susan hafal dan bisa pergi sendiri.
Dan itulah yang terjadi. Selama dua minggu penuh Mark, menggunakan seragam militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari Susan bagaimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan dimana ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus dan menyisakan satu kursi kosong untuknya.
Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung waktu turun dari bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke kantornya.
Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama, Mark yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan penglihatannya; wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak akan pernah menyerah.
Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu seorang diri.
Tibalah hari Senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah menjadi kawannya satu bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi ke arah yang berlawanan.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis... Setiap hari dijalaninya dengan sempurna. Belum pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil ! Dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal.
Pada hari Jum'at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke tempat kerja. Ketika dia membayar ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata : "Wah,aku iri padamu".
Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak. Lagipula, siapa yang bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan keberanian untuk menjalani hidup?
Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir itu, "Kenapa kau bilang kau iri kepadaku?"
Sopir itu menjawab, "Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti itu"
Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya, "Apa maksudmu ?"
"Kau tahu, minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu pergi. Kau wanita yang beruntung", kata sopir itu.
Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk menyakinkan diri -- hadiah cinta yang bisa menjadi penerang dimanapun ada kegelapan.
Langganan:
Postingan (Atom)