Minggu, 27 April 2008

MITOS ENTREPENEUR

Semakin maraknya semangat entrepreneurship di negeri ini, sungguh
sangat membanggakan. Berbagai macam seminar dan workshop mengenai
cara-cara memulai dan mengembangkan suatu usaha sudah begitu banyak
diselenggarakan. Animo masyarakat untuk mengikuti seminar dan
workshop entrepreneurship, patut diacungi dua jempol tangan, sungguh
menggembirakan.

Sebagai seorang entrepreneur, saya juga sering terlibat di seminar
maupun workshop tentang entrepreneurship, yang saya selenggarakan
sendiri, maupun yang diselenggarakan oleh institusi lain, baik
institusi bisnis maupun lembaga pendidikan. Sungguh sangat
menyenangkan, saya bisa ikut memberikan motivasi, wawasan dan kiat-
kiat memulai sebuah bisnis mandiri.

Dalam berbagai seminar dan workshop, yang saya terlibat di dalamnya,
ada satu hal menjadi perhatian saya tentang dunia entrepreneurship
ini. Sebagian peserta selalu memberikan asumsi bahwa seorang
entrepreneur itu adalah seorang yang mudah mencari uang dan kekayaan
lainnya. Entrepreneur merupakan sosok manusia yang bisa bebas
menggunakan waktunya, tanpa khawatir kehabisan uangnya. Enak ya jadi
seorang entrepreneur, begitu kata mereka.

Asumsi mereka sesungguhnya benar adanya, memang enak menjadi
entrepreneur. Akan tetapi, dalam pembicaraan selanjutnya timbul
kesan pada diri mereka, yang menganggap bahwa seorang entrepreneur
bisa dengan mudah begitu saja memperoleh kesuksesan dalam bisnisnya.
Entrepreneur bisa melajukan bisnisnya secara lancar tanpa hambatan
berarti. Singkatnya, menjadi seorang entrepreneur bisa saja secara
INSTAN…langsung sukses! Dan, dengan cepat bisa meraih milyaran
rupiah. Begitu kesan yang mereka sampaikan ke saya.

Saya mencoba memaklumi mereka tentang kesan entrepreneur instan ini,
dengan menanyakan penyebab bisa memunculkan kesan instan tersebut.
Mereka memberikan jawaban beragam berkaitan dengan proses instan
seorang entrepreneur ini.

Sebagian dari mereka menerangkan pernah hadir di seminar dan ada
testimonial atau kesaksian seorang entrepreneur muda, yang
mengatakan bahwa dia memulai bisnisnya tanpa modal uang sama sekali,
alias modal dengkul, dan bisnisnya jalan lancar sangat menguntungkan
menghasilkan uang. Ada juga kesaksian tentang mengawali bisnisnya
dengan cara membeli property seperti Ruko, Rukan atau Rumah bahkan
Apartemen, juga tanpa modal uang sama sekali, bahkan dia malah dapat
uang, nggak keluar uang tapi malah dapat uang. Bahkan kesaksian
tentang sukses bisnis property ini sudah semakin bombastis
belakangan ini.

Saya katakan kepada peserta seminar dan workshop entrepreneurship,
memang mungkin saja benar kesaksian tersebut. Tetapi, saya ingatkan
bahwa kesaksian tersebut saya yakin tidaklah mengungkap hal
sebenarnya…di dalam prosesnya. Selalu ada yang ditutupi oleh para
pemberi testimonial sukses tersebut. Mereka cenderung memberikan
testimonial yang tidak sebenarnya, yang bukan kondisi proses
sesungguhnya. Mereka lebih memberikan kesaksian hasil akhir saja.
Para pemberi testimonial sukses ini ingin dilihat sebagai orang yang
benar-benar sukses tanpa modal uang, supaya memberikan kesan WAH
HEBAT… kepada peserta seminar atau workshop.

Tentu saja para peserta seminar atau workshop entrepreneurship, akan
takjub dengan berbagai testimonial sukses itu, karena peserta jelas
tidak tahu hal sebenarnya, bukan? Dan saya juga sangat menyayangkan,
para pembicara atau trainer tentang entrepreneurship, yang
memberikan contoh testimonial sukses secara TIDAK LENGKAP. Bagi
saya, testimonial sukses yang dikisahkan secara tidak lengkap
seperti itu, saya sebut sebagai TESTIMONIAL PALSU.

TESTIMONIAL PALSU semacam itu sangat bisa menyesatkan pikiran para
calon entrepreneur, bahkan bisa membuat calon entrepreneur menjadi
gampang stress. Bagaimana tidak? Testimonial palsu dari para
entrepreneur pemula, yang mengatakan bahwa dia bisa tanpa modal uang
sama sekali bisa berbisnis dengan hasil selalu menguntungkan, akan
sangat menyesatkan calon entrepreneur, karena alasan berbisnis awal
tanpa modal uang dan bisa sukses ini tidak pernah diceritakan secara
lengkap.

Latar belakang si entrepreneur pemula tanpa modal uang inipun
seringkali ditutupinya. Lebih sering dikatakan dia hanya berasal
dari keluarga miskin-papa. Tidak pernah dikisahkan secara lengkap,
bagaimana kok dia sampai dipercaya orang lain sehingga orang lain
tersebut menyerahkan modal uangnya kepada dia. Siapa dibalik itu
yang mendukungnya agar orang lain juga percaya kepadanya…juga tidak
pernah disebutkan, mengingat dia kan barusan jadi entrepreneur…belum
punya `track record' positif dalam dunia bisnis.

TESTIMONIAL PALSU lainnya adalah tentang bisnis property seorang
entrepreneur pemula, yang tanpa modal uang sama sekali, tetapi dia
malah dapat uang dari hasil membeli property tanpa uang itu. Kisah
ini sering ditampilkan dalam berbagai versi dengan beragam orangnya.

Intinya adalah, si entrepreneur pemula ini, yang bahkan namanya saja
tidak pernah dikenal oleh dunia perbankan, begitu mudahnya
memperoleh kredit dari Bank, untuk membayar property yang dibelinya,
dan dia membayar angsurannya dari hasil pemasukan property nya
tersebut. Jadi dia tidak pernah keluar uang sepeserpun untuk
membayar angsurannya di Bank.

Inipun tidak pernah dikisahkan secara lengkap, siapa saja yang
terlibat dalam proses pembelian property sampai cairnya kredit Bank;
mengingat si entrepreneur pemula belum pernah dikenal namanya di
dunia perbankan, yang tentu saja tidak mungkin Bank begitu saja
mempercayai dia dengan mengucurkan kredit uang. Juga tidak pernah
disinggung proses `appraisal' property nya. Pokoknya hanya
dikisahkan, jika mereka mengikuti cara-caranya, maka akan menuai
sukses juga…dan banyak orang akhirnya menjadi kecewa!

Hal-hal semacam itulah yang sangat saya sayangkan. Memang boleh saja
bermaksud untuk memotivasi semangat kewirausahaan para peserta
seminar atau workshop. Tetapi jika mereka selalu memberikan
testimonial palsu seperti tersebut tadi, akan sangat menyesatkan
pikiran dan kejiwaan orang lain, yang belum paham betul, apa dan
bagaimana sebenarnya dunia entrepreneurship itu.

Menjadi entrepreneur tanpa perlu menjalani proses belajar secara
berkesinambungan, alias bisa secara instan bisa langsung sukses
besar…itu adalah MITOS yang harus diwaspadai. Karena untuk menjadi
seorang entrepreneur sejati itu diperlukan suatu proses yang
berlandaskan kecakapan, ketrampilan, ilmu pengetahuan, latihan,
disamping juga keberanian…secara berkesinambungan.

Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

Kamis, 17 April 2008

CINTA TANPA SYARAT

Dikisahkan, ada sebuah keluarga besar. Kakek dan nenek mereka merupakan pasangan suami istri yang tampak serasi dan selalu harmonis satu sama lain. Suatu hari, saat berkumpul bersama, si cucu bertanya kepada mereka berdua, "Kakek, Nenek, tolong beritahu kepada kami resep akur dan cara Kakek dan Nenek mempertahan cinta selama ini agar kami yang muda-muda bisa belajar."

Mendengar pertanyaan itu, sesaat kakek dan nenek beradu pandang sambil saling melempar senyum. Dari tatapan keduanya, terpancar rasa kasih yang mendalam di antara mereka. "Aha, Nenek yang akan bercerita dan menjawab pertanyaan kalian," kata kakek.


Sambil menerawang ke masa lalu, nenek pun memulai kisahnya. "Ini pengalaman kakek dan nenek yang tak mungkin terlupakan dan rasanya perlu kalian dengar dengan baik. Suatu hari, kami berdua terlibat obrolan tentang sebuah artikel di majalah yang berjudul ‘bagaimana memperkuat tali pernikahan'. Di sana dituliskan, masing-masing dari kita diminta mencatat hal-hal yang kurang disukai dari pasangan kita. Kemudian, dibahas cara untuk mengubahnya agar ikatan tali pernikahan bisa lebih kuat dan bahagia. Nah, malam itu, kami sepakat berpisah kamar dan mencatat apa saja yang tidak disukai. Esoknya, selesai sarapan, nenek memulai lebih dulu membacakan daftar dosa kakekmu sepanjang kurang lebih tiga halaman. Kalau dipikir-pikir, ternyata banyak juga, dan herannya lagi, sebegitu banyak yang tidak disukai, tetapi tetap saja kakek kalian menjadi suami tercinta nenekmu ini," kata nenek sambil tertawa. Mata tuanya tampak berkaca-kaca mengenang kembali saat itu.


Lalu nenek melanjutkan, "Nenek membacanya hingga selesai dan kelelahan. Dan, sekarang giliran kakekmu yang melanjutakan bercerita." Dengan suara perlahan, si kakek meneruskan. "Pagi itu, kakek membawa kertas juga, tetapi.... kosong. kakek tidak mencatat sesuatu pun di kertas itu. Kakek merasa nenekmu adalah wanita yang kakek cintai apa adanya, kakek tidak ingin mengubahnya sedikit pun. Nenekmu cantik, baik hati, dan mau menikahi kakekmu ini, itu sudah lebih dari cukup bagi kakek."


Nenek segera menimpali, "Nenek sungguh sangat tersentuh oleh pernyataan kakekmu itu sehingga sejak saat itu, tidak ada masalah atau sesuatu apa pun yang cukup besar yang dapat menyebabkan kami bertengkar dan mengurangi perasaan cinta kami berdua."


Pembaca yang budiman,
Sering kali di kehidupan ini, kita lebih banyak menghabiskan waktu dan energi untuk memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan, dan yang menyakitkan. Padahal, pada saat yang sama kita pun sebenarnya punya kemampuan untuk bisa menemukan banyak hal indah di sekeliling kita.


Saya yakin dan percaya, kita akan menjadi manusia yang berbahagia jika kita mampu berbuat, melihat, dan bersyukur atas hal-hal baik di kehidupan ini dan senantiasa mencoba untuk melupakan yang buruk yang pernah terjadi. Dengan demikian, hidup akan dipenuhi dengan keindahan, pengharapan, dan kedamaian.


Salam sukses luar biasa!!!
Andrie Wongso
www.andriewongso.com